Rabu, 22 Januari 2014

ZINGIBERIS ZERUMBETI RHIZOMA (Lempuyang Gajah)




BAB I
PEMBUKA
  1.        KLASIFIKASI ILMIAH


Lempuyang gajah disebut Zingiberis Zerumbeti termasuk ke dalam famili tumbuhan Zingiberaceae. Tanaman ini dikenal dengan nama lempuyang kapur, lempuyang paek, lempuyang kebo.
Klasifikasi
 Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
     Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
         Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
             Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
                 Kelas: Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
                     Sub Kelas: Commelinidae
                         Ordo: Zingiberales
                             Famili: Zingiberaceae (suku jahe-jahean)
                                 Genus: Zingiber
                                      Spesies: Zingiber zerumbet Linn

2.      TEORI & GAMBAR

Lempuyang merupakan salah satu jenis tanaman obat yang berpotensi
untuk dibudidayakan. Uraiannya:
ü  Perawakan: herba rendah sampai tinggi, perennial, batang asli berupa rimpang di bawah tanah, tinggi lebih dari 1 m.
ü  Batang: batang semu berupa kumpulan pelepah daun yang berseling, di atas tanah, beberapa batang berkoloni, hijau.
ü  Rimpang: merayap, berdaging, gemuk, aromatik.
ü  Daun: tunggal, berpelepah, duduk berseling, pelepah; membentuk batang semu.
ü  Helaian: bentuk lanset sempit, terlebar di tengah atau di atas tengah, panjang 3-7 kali lebar, pangkal runcing atau tumpul, ujung sangat runcing atau meruncing, berambut di permukaan atas, tulang daun atau di pangkal, 14-40 x 3-8,5 cm, tangkai berambut, 4-5 mm.
ü  Lidah daun: tegak, tumpul, seperti membran, berambut 1,5-3 cm.
ü  Bunga: susunan majemuk bulir, bentuk bola atau memanjang, muncul di atas tanah, tegak, berambut halus, ramping tebal, 9-31 cm. 1,5-1,6 kali lebar, ujung agak membulat melebar, daun pelindung dengan ujung datar, ukuran 1,54 x 1,54 cm, sisik tangkai bulir 4-6, lanset, tumpul, berambut, merah, 3-6,5 cm. Daun pelindung sangat lebih besar dari kelopak, sama panjang dengan tabung mahkota.
ü  Ukuran bulir 3,5-10,5 x 1,75-5,5 cm. Kelopak: 13-17 mm.
ü  Mahkota: kuning terang, hijau gelap, atau putih, tabung 2-3 cm, cuping bulat telur bulat memanjang, ujung meruncing atau runcing, daun mahkota posterior paling besar 1,5-2,5 x 1-2 cm, bibir-bibiran bulat telur atau membulat, jingga atau kuning lemon, 12-20 x 15-20 mm.
ü  Benang sari: kepala sari elip-bulat memanjang, kuning terang, 8-10 mm, penghubung 7 mm.
ü  Putik: bakal buah 3 ruang, bakal biji banyak, posisi aksiler, tangkai putik bercabang dua bebas.
ü  Buah: bulat telur terbalik, merah, 12 x 8 mm.
ü  Biji: bulat memanjang bola, rata-rata 4 mm.
ü  Waktu berbunga : Januari- April. Daerah distribusi, Habitat dan Budidaya Tumbuhan dapat ditemukan di Asia tropis, tumbuh liar di hutan dataran dengan ketinggian hingga 1200 m dpl., di Jawa sering ditanam di pekarangan dan tempat-tempat lain yang basah, tapi pada umumnya tumbuh liar. Lempuyang dapat ditanam dari potongan-potongan rimpang yang mempunyal mata tunas atau anakan muda. Pengolahan tanah dapat dengan bajak dan dicangkul hingga gembur, kemudian tanah dibuat guludan kecil-kecil dengan jarak 30-50 cm. Pupuk kandang, penyiangan gulma.

 3.      BUDIDAYA TANAMAN

CARA BUDIDAYA : Perbanyakan tanaman menggunakan rimpang. Pemeliharaan tanaman ini mudah, seperti tanaman lain dibutuhkan cukup air dengan penyiraman atau menjaga kelembaban tanah dan pemupukan terutama pupuk dasar berupa kompos atau pupuk organik. Tanaman ini menghendaki tempat yang cukup matahari atau sedikit terlindung.
4.      FUNGSI

Rimpang lempuyang gajah digunakan untuk mengobati kejang, sakit perut, diare, disentri, gangguan empedu, kencing batu, radang ginjal, radang usus, Universitas Sumatera Utararadang lambung, sembelit, kurang darah, rematik, borok, penyakit kulit dan bisul.
Selain itu dapat menambah nafsu makan, menyegarkan badan dan meningkatkan stamina. Biji lempuyang gajah digunakan untuk mengobati nyeri perut, cacingan, disentri, lemah usus dan lambung, batu  ginjal, ambeien, sesak napas dan borok.


 5.      CARA PANEN


Dikumpulkan pada waktu daun mulai kering,  dibersihkan dari semua bagian tanaman lain,tetapi tidak dikupas, biasanya diperoleh dari tanaman berumur 1 tahun. Bila panenan dilakukan kurang dari 1 tahun hasilnya berkurang, dan bila lebih dari 1 tahun hasilnya  masih dapat ditingkatkan.

 6.      CARA PEMBUATAN

Ø  Pengeringan
       Hasil panen tanaman obat untuk dibuat simplisia umumnya perlu segera dikeringkan. Tujuan pengeringan adalah untuk mengurangi kadar air,  untuk menjamin dalam penyimpanan,  mencegah pertumbuhan jamur,  serta mencegah terjadinya proses atau reaksi enzimatika yang dapat menurunkan mutu.
                  Dalam pengeringan faktor yang penting adalah suhu, kelembaban dan aliran udara ( ventilasi ).  Sumber suhu dapat berasal dari matahari atau dapat pula dari suhu buatan.
                  Umumnya pengeringan  bagian tanaman yang mengandung minyak atsiri atau komponen lain yang termolabil, hendaknya dilakukan pada suhu tidak terlalu tinggi dengan aliran udara berlengas rendah secara teratur. Untuk simplisia yang mengandung alkaloida, umumnya dikeringkan pada suhu kurang dari  70 0  C.
                  Agar dalam pengeringan tidak terjadi proses pembusukan , hendaknya simplisia jangan tertumpuk terlalu tebal. Sehingga proses penguapan berlangsung dengan cepat.  Sering suhu yang tidak terlalu tinggi dapat menyebabkan warna simplisia menjadi lebih menarik. Misalnya pada pengeringanTemulawak suhu awal pengeringan dengan panas buatan antara 50 0– 55 C.


Ø  Pengawetan
                  Simplisia  nabati atau simplisia hewani harus dihindarkan dari serangga atau cemaran atau mikroba dengan penambahan kloroform, CCl4, eter atau pemberian bahan atau penggunaan cara yang sesuai,  sehingga tidak meninggalkan sisa yang membahayakan kesehatan.
Ø  Wadah
                  Wadah adalah tempat penyimpanan artikel dan dapat berhubungan langsung atau tidak langsung dengan artikel. Wadah langsung (wadah primer) adalah wadah yang langsung berhubungan dengan artikel sepanjang waktu. Sedangkan wadah yang tidak bersentuhan langsung dengan artikel disebut wadah sekunder.
                  Wadah dan sumbatnya tidak boleh mempengaruhi bahan yang disimpan didalamnya baik secara fisika maupun kimia, yang dapat mengakibatkan perubahan kekuatan, mutu atau kemurniannya hingga tidak memenuhi persyaratan resmi.
                  Wadah tertutup baik : harus melindungi isi terhadap masuknya bahan padat dan mencegah kehilangan bahan selama penanganan, pengangkutan, penyimpanan dan distribusi.
Ø  Suhu penyimpanan
Dingin : adalah suhu tidak lebih dari 80C, Lemari pendingin   mempunyai suhu  antara 20C– 80C, sedangkan  lemari  pembeku  mempunyai  suhu  antara  -200C dan  -100C.
Sejuk : adalah suhu antara  80C dan 150C.  Kecuali dinyatakan lain, bahan yang harus di simpan pada suhu sejuk dapat disimpan pada lemari   pendingin.
Suhu kamar : adalah suhu  pada ruang kerja. Suhu kamar terkendali   adalah suhu yang di atur antara  150  dan  300.
Hangat :  hangat adalah suhu antara  300  dan 400  .
Panas berlebih :  panas berlebih adalah suhu di atas 400.
Ø  Tanda dan Penyimpanan
                  Semua simplisia yang termasuk daftar narkotika, diberi tanda palang medali berwarna merah di atas putih dan harus disimpan dalam lemari terkunci. Semua simplisia yang termasuk daftar obat keras kecuali yang termasuk daftar narkotika, diberi tanda tengkorak dan harus disimpan dalam lemari terkunci.
Ø  Kemurnian  Simplisia
                  Persyaratan simplisia nabati dan simplisia hewani diberlakukan pada simplisia yang diperdagangkan,  tetapi pada simplisia yang digunakan untuk suatu pembuatan   atau isolasi minyak atsiri, alkaloida, glikosida, atau zat aktif lain, tidak harus memenuhi persyaratan tersebut.
                  Persyaratan  yang membedakan strukrur mikroskopik serbuk yang berasal dari simplisia nabati atau simplisia hewani dapat tercakup dalam masing – masing monografi, sebagai petunjuk identitas, mutu atau kemurniannya.
Ø  Benda asing
                  Simplisia nabati dan simplisia hewani  tidak boleh  mengandung organisme patogen, dan harus bebas dari cemaran mikro organisme , serangga dan binatang lain maupun kotoran hewan . Simplisia tidak boleh menyimpang bau dan warna, tidak boleh mengandung lendir , atau menunjukan adanya kerusakan. Sebelum diserbukkan simplisia nabati harus dibebaskan dari pasir, debu, atau pengotoran lain yang berasal dari tanah maupun benda anorganik asing.
                  Dalam perdagangan , jarang dijumpai simplisia nabati tanpa terikut atau tercampur bagian lain , maupun bagian asing, yang biasanya tidak mempengaruhi simplisianya sendiri.  Simplisia tidak boleh mengandung bahan asing atau sisa yang beracun atau membahayakan kesehatan.  Bahan asing termasuk bagian lain tanaman yang tidak dinyatakan dalam paparan monografi.

7. BENTUK SEDIAAN

            Teh herbal lempuyang gajah terdiri atas simplisia lempuyang gajah dan teh hijau yang diperoleh dari Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik (Balittro), Bogor. Adapun cara pembuatan teh herbal tersebut adalah teh hijau dan simplisia lempuyang gajah (Ariyani 2010) tersebut dikemas dalam kantung teh celup. Sesuai dengan Ariyani (2010), teh herbal lempuyang gajah mengandung lempuyang gajah:teh hijau yaitu dosis 1 sebanyak 1:2 dan dosis 2 sebanyak 2.5:2. Lempuyang gajah yang digunakan dalam penelitian ini jumlahnya lebih banyak daripada yang digunakan oleh Yasni et al (1996), yaitu hanya setengah dari dosis 1. Masing-masing dosis the herbal diseduh dengan air panas (100˚C) selama 5 menit. Lalu seduhan dikeringkan dengan rotavapor pada suhu 50˚C selama 2 jam hingga diperoleh ekstrak seduhan teh herbal.
Rendemen yang diperoleh dari ekstrak the herbal 1 dan 2 yaitu 0.17% dan 0.16%.

BAB III
PENUTUPAN

·        Kesimpulan

         Menurut penelitian masa kini, tanaman tradisional memang bermanfaat bagi kesehatan, dan kini digencarkan penggunaannya karena lebih mudah dijangkau masyarakat, baik harga maupun ketersediaannya.
         Tanaman tradisional pada saat ini banyak digunakan karena menurut beberapa penelitian tidak terlalu menyebabkan efek samping, karena masih bisa dicerna oleh tubuh.

·        Saran

Dalam meracik tanaman tradisional, harus benar- benar teliti agar tidak terkena bakteri atau virus. Karena kalau obat tersebut terkena bakteri atau virus maka akan menyababkan penyakit kepada masyarakat yang minum obat tersebut.

1 komentar: